Translate

Thursday, February 15, 2018





Mastutik  Sarbini

An angel without wings, but in real life i’ve seen with my eyes sometimes angel not always with wings. She do something for me i never thought before, i met a women teach and gived me lessons of life, do something helpful without scared that im a stranger.

Kami dipertemukan takdir, namun umi hanya membalas dengan rendah hati berkata “I happened to be there at the right moment when you were in need... the pelasure was all mine dear Virginia sara”. Namun dengan jelas dan pasti banyak orang yang hadir saat melihat wajah cemasku mencari dan menerka dimana Handphone itu aku tinggalkan, sembari hati berbisik semoga ketemu.Umi adalah satu orang yang sangat peduli padaku.

Just can’t get enough aku meyakinkan diri keluar dari kamar mandi wanita,dan menyadari bahwa handphone satu-satunya milikku yang aku beli dengan mengumpulkan uang dari kerja paruh waktu yang panjang akhirnya lenyap, itulah pikiran yang terlintas. Takdir memberi pelajaran dan berpihak baik menyapaku sekali lagi, seorang wanita yang sekarang aku panggil dengan sebutan umi ternyata sangat peduli padaku dan bersedia membantu, air mata akhirnya tak bisa aku bendung lagi didepannya, kalimat yang terucap dari mulutku sangat ringan “handphonenya boleh diambil, tapi jangan ambil selembar photo yang selalu tersimpan dibalik handphone agar ditinggalkan, itu photo mama dan satu-satunya yang saya ambil diam-diam”, saat itu pikiranku sempat buyar.

Life sometimes not easier to live, but bertemu dengan umi mengajarkan aku lessons kehidupan , untuk menolong tak harus mengenal sangat dekat terlebih dahulu, walaupun saat itu posisiku di bandara singapura adalah orang asing bagi umi. Masa mudaku semangkin berharga itulah yang aku rasakan setiap saat semenjak bertemu umi, membuka pikiranku secara kerasan mensugesti diri sendiri bahwa aku harus sukses agar dapat melakukan sesuatu setidaknya berguna untuk diri sendiri, menjalani hidup dengan pola sehat dan lebih bermanfaat.

Umi adalah nama yang aku panggil setelah kami saling mengenal cukup lama, berlalu beberapa bulan semenjak kejadian di bandara singapura, dulu umi adalah orang asing begitu pula denganku, lekas takdir mempertemukan dan kata-kata umi masih tersimpan jelas dalam ingatan katika aku berkata bahwa dia boleh pergi,detik itu aku sudah menyerah mencari dimana handphoneku, namun dengan lekas umi menyambut sahutanku seolah menyakinkan kita tak boleh menyerah, kemungkinan handphone itu masih di sekitar bandara.

Umi dengan yakin dan tanpa lelah bertanya kesetiap petugas bandara mondar mandir, mengunjungi setiap costumer service dibandara,tepatnya saat itu posisi kami di Termilnal 2. Bagiku pendirian umi sangat mengagumkan seandainya saat itu aku tak malu, ingin aku memeluk umi erat-seeratnya. Akhirnya kerja keras umi sembari hatiku berdengung berdoa mengikuti setiap langkah umi membantuku, handphone itu ketemu, aku sempat malu anak muda sepertiku dihadapan umi yang mungkin telah menginjak usia 30an memilki semangat luar biasa, sedangkan aku belum berusaha mencari semaksimal mungkin sudah menyerah.

Setelah handphone ketemu umi tak lantas berlalu pergi begitu saja, umi masih sempat menanyakan apa aku sudah makan? menyadari tas yang aku kenakan tak layak dan tak aman, umi lekas menanyakan masih ada waktu untuknya sebelum aku check in, tak hayal aku terkejut umi mencarikan aku tas baru diberikan sebagai hadiah, air mata aku bendung agar tak terlihat lemah,kemudian menyuruhku memilih tas manapun yang aku mau, dengan keadaan bingung melihat harga tas yang bagiku harganya mahal itu,sempat tertegun lama dan coba menolak tas yang akan diberikan, akhirnya umi memintaku “take what you want, which one?”tentu saja aku bingung, sempat menolak pemberian umi beberpa kali namun tak mampan bagi umi, dan terus memintaku menerima hadiah darinya.

Mimilih tas mungkin perkara mudah bagi sebagian anak gadis seusiaku, namun bagiku melihat price tag pada tas, aku mulai berpikir mungkin ini akan menjadi tas termahal pertamaku,tak hanya itu aku diberika uang saku untuk makan, diberikan bekal minuman. Harga tas itu sangat mahal bagiku tak pernah aku bayangkan betapa baiknya umi, akhirnya umi melepasku dengan pelukan hangat dan pipi kami dibanjiri air mata, dalam pelukan aku doakan yang terbaik bagi umi, perpisahan kami dibandara seperti yang dikatakan umi padaku “kita dipertemukan takdir”setiap aku berkesempatan ke bandara singapura lagi, kamar mandi tempat pertama bertemu umi adalah hal pertama yang aku tujui untuk melepas rindu.

Tak lupa aku bersyukur pada mama dari Indonesia yang dalam setiap perjalananku, setiap langkah kecilku doanya tak pernah sedikitpun absen melindungi aku, hingga berkat doanya saat itu aku bertemu umi, sang malaikat penolong yang dikirim tuhan dangan takdir mengatur segalanya menjadi kisah luar biasa. Mereka berdua adalah bahagia dan ketakutan terbesarku jika suatu saat aku tak dapat membanggakan mereka.

Mama dan umi mereka orang yang membuat aku tak pernah mencintai sendirian,tidak meninggalkan aku sendirian dalam keadaan sesusah apapun itu, mejadi guru, motivator, tak akan terlupa.

No comments:

Post a Comment

Contoh