Adios Amigo
(Selamat tinggal)
Waktu berlalu, waktu tak kembali, waktu terus berputar tetapi moment
dan kisahnya tidak akan pernah sama lagi. Jangan sampai kau terlambat menyadari
betapa berartinya orang tersebut setelah kau abaikan. Terkadang kehidupan dapat
membuatmu seolah kau adalah orang yang hidup dengan baik namun didalam kau
telah setengah mati.
Semula kita terlihat biasa-biasa saja tak ada yang menarik dari
semuanya, waktu mulai membuat kita bertemu dan bertatap terlalu sering dari
pada biasanya. Kemudian entah tanpa sengaja kita mulai merajut impian dan
membuat bingkai indah tentang masa depan bersama dengan sangat sempurna,
melengkapi satu sama lain. Datanglah pernyataan menyakitkan darimu“berikan satu
sama lain ruang untuk tak saling mengekang”yang perlahan menuju kalimat
perpisahan jauh dari dugaan.
Terkadang kita cukup bodoh karena cinta, tetapi lebih baik menyatakan
kebenaran yang hasilnya menyakitkan dari pada kebohongan, lebih baik menyatakan
kebenaran dari pada dipendam. Namun ada yang lebih menyakitkan lagi ketika kau
ingin terlihat menyatakan kebenaran ternyata memalsukan segalanya termasuk membohongi
aku dengan memberiku harapan palsu cintamu.
Sama seperti kepercayaan yang kau hianati dan kau sia-siakan, seolah
harapan, pengorbananku tak berarti, terlalu sederhana bagimu. Bukannya jelas
sudah cinta tak selalu tentang kalimat manis saja, aku berhenti bukan karena
menyerah tepatnya sekarang rasa takut dihianati, disakiti lebih besar dari pada
aku harus tersakiti terus-menerus mengikuti kisah ini dari pada logikaku.
Berharap sendiri dalam waktu serta situasi tertentu teramat menyakitkan untuk
kesekian kalinya dengan cinta yang tak pasti dan terabaikan.
Segala rasa sakit yang kau berikan sekarang mampu merubah haluanku,
cinta yang dulu aku dambakan kini aku putuskan untuk berhenti
menunggu,ketulusanku kau ragukan entah sampai kapan kau akan mengerti. Tersadar
bahwa perasaan takut menyakiti diri sendiri serta memilih berhenti
memperjuangkanmu terkadang lebih baik dari pada memperthankan rasa cintaku
karena tak terbalas dan selalu kau jadikan pelarian semata.
Semua hal tentangmu membuat aku jerah bukan menyerah terhadap
perjuangku tetapi sampai disini dulu, sampaikan salam kecewaku pada yang namanya
cinta bertepuk sebelah tangan, sampaikan padanya aku cukup tersakiti karena
penghiantan cintamu.
Mungkin saja aku perlu jedah dan berhenti dulu mengambil waktu untuk
merenung, merasakan betapa pahitnya berharap sendiri dalam suatu hubungan
cinta,betapa tak mudah harus menikam setiap rasa rindu yang datang, tak mudah
sehingga aku sempat tersesat dalam kuatnya rasa dukaku.
Aku berusaha menyadarkan diri sendiri kelak apapun yang terjadi,
pasti ada seseorang diluar sana yang selalu memikirkanku. Sehingga aku tak
kesepian,tak disakiti sesakit ini, serta selalu dinggap.
Pada persimpangan jalan sempat aku khawatir tak dapat melupakanmu dan
takut terluka lagi, banyak penasehat dadakan datang pada saat yang bersamaan
meraka memberitahuku waktu adalah obat penyembuh terbaik untuk bermacam-macam luka,
kemudian aku percaya tak ada yang abadi.
Dari waktu kewaktu semangkin banyak pertanyaan mengapa terkadang aku
masih disana pada moment tetentu berpikir betapa sempat memilikimu merupakan
keberuntungan kecil dari perjalanan kisah cintaku, dalam benak terkadang ingin
aku tanyakan padamu masih adakah sedikit rasa untukku? Apakah kau tak langsung
menghilangkan begitu saja perasaanmu terhadapku?
Bayanganmu terlalu sering menghiasi otakku yang setengah tak waras
ini, ingin aku katakan padamu aku tak menginginkan ini, namun melihatmu bahagia
aku tak ingin ada dilembaran kehidupanmu yang baru saat ini dan merusaknya,
dengan segenap harapan aku akan menjaga ruang rasa cintaku sepantasnya
saja,membisikkan diri sendiri bahwa aku labih kuat dari yang aku kira.
Akhir dipenghujung jalan kisah cintaku untuk semua hal yang telah
mengajarkan arti melepaskan, keikhlasan, dan segala hal yang belum bisa aku
pelajari, aku tersadar bahwa aku tidak meraih sesuatu dengan tangan kosong ada
hikmah dari semua hal-hal yang selalu aku anggap mengecewakan dalam kehidupan
ini.
No comments:
Post a Comment